JATAYU Social Gear's Headline

Senin, 07 September 2009

GIRI LUSI JALMA TAN KENA DEN HINA

Ungkapan ini memang banyak yang tidak tahu bahkan yang pernah mendengarnya pasti hanya segelintir orang saja. Dalam bahasas Jawa, Giri Lusi (giri: gunung; lusi: rumput) yang merupakan suatu gambaran kehidupan yang saling bertolak belakang. Kita ketahui bahwa gunung adalah suatu yang berukuran besar, menjulang tinggi dan berdiri kokoh. Sedangkan rumput itu sesuatu yang kecil, mudah goyah oleh angin dan tingginya tidak lebih dari tingginya anak kecil. Tapi nyatanya rumput itu lebih tinggi daripada gunung. Di atas gunung selalu ada tumbuhan rumput yang juga membuat gunung menjadi tegar. Dari dua kata itu saja kita sudah tahu maksudnya. Tetapi masih dipertegas dengan kalimat Jalma Tan Kena Den Hina yang artinya setiap insan tidak sepatutnya untuk direndahkan martabatnya. Kita juga tidak sepatutnya sombong dengan kelebihan yang kita miliki.
Kita harus sadar bahwa nilai-nilai budaya kita sudah terdegradasi hampir total. Karena berkembangnya kapitalis menyebabkan suburnya egois dan fanatisme yang hanya mengunggulkan kelebihan diri sendiri. Tidak hanya itu saja, bahkan memandang rendah orang lain. Tidak bisa dipungkiri, dalam kenyataan banyak dihembuskan gerakan-gerakan yang mengajak mengintrospeksi diri sendiri tetapi tetap saja melontarkan ejekan-ejekan orang lain.
Suatu pantangan bahwa kita merendahkan kaum minoritas. Kaum minoritas bukan untuk dihancurkan, tetapi untuk kita dekati agar kita saling mengenali. Dalam ajaran agama, kita juga dianjurkan untuk hidup saling bersampingan sekalipun kaum minoritas itu tidak sama keyakinan dan kepercayaan baik seagama atau lintas agama. Bahkan kita juga harus hidup rukun dengan orang yang atheis selama kita tidak mengalami perlakuan yang tidak wajar. Sesungguhnya Tuhan bisa saja menciptakan dunia ini umat yang satu melainkan kita diciptakan berbeda untuk saling mengenal dan menghormati.
Pada seseorang sudah pasti dan sudah merupakan kewajaran jika memiliki kelemahan atau kelebihan. Manusia selalu berusaha mengembangkan kelebihan yang dimiliki dan memperkecil kekurangan yang ada pada dirinya. Maka dari itu, adanya manusia lain sebagai fungsi pengawasan(policy) terhadap seseorang. Dari policy-policy tersebut muncul kritik dan saran. Kritik berarti suatu pendapat yang berupa celaan yang mangandung arti agar kita berubah kepada keadaan yang lebih baik. Saran berarti suatu pendapat berupa anjuran atau usul yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. Dari arti tersebut bisa disimpulkan bahwa kritik dan saran bukanlah mencemooh atau merendahkan orang lain selama kritik dan saran hanya mencari kesalahan tanpa memberi masukan yang bersifat membangun. Seharusnya kritik dan saran disampaikan langsung kepada seseorang tanpa perantara untuk menghindari isu atau gosip yang merupakan suatu pernyataan yang tidak jelas. Tidak jelas maksudnya tanpa adanya klarifikasi dari orang yang bersangkutan. Karena seseorang berhak untuk berargumentasi terhadap apa yang ada pada dirinya.
Mari kita jadikan suatu ungkapan “Giri Lusi Jalma Tan Kena Den Hina” ini sebagai prinsip dalam kehidupan. Ini adalah titipan dari pendahulu kita yang kelak juga sangat dibutuhkan oleh generasi penerus kita. Selain itu, yang paling utama adalah nilai-nilai yang terkandung dalam ungkapan tersebut. Bahwa kita harus memperhatikan orang lain dalam rangka pembangunan interaksi sosial yang sehat dan membina kerukunan sesama manusia.
Dalam memprtahankan suatu prinsip, kita juga harus fleksibel. Artinya kita tidak terkekang oleh suatu prinsip. Karena bila kita terkekang oleh suatu prinsip maka secara sengaja kita menciptakan batasan-batasan yang cenderung mempersempit ruang gerak kita untuk berinovasi. Jika hal ini terjadi, dalam diri kita akan berkembang jiwa yang fanatis. Sedangkan jika kita tidak memiliki keteguhan memegang prinsip, kita akan terjerumus oleh ide kapitalis yang selalu mengatas namakan kebebasan. Bahkan yang paling buruk menimbulkan perilaku kriminal. Tentu kita para remaja tidak menginginkan hal itu. Karena masa remaja adalah masa pencarian dan pengembangan jatidiri. Kita hanya perlu tahu 3 hal yaitu tahu tempat, tahu waktu dan tahu diri.
Masa remaja adalah saat belajar tentang kehidupan. Kehidupan remaja selalu fluktuatif. Suatu saat kita merasa sangat bersemangat dan ingi hidup seribu tahun lagi. Tetapi, di saat lain kita merasa putus asa dan ingi hudup berakhir di hari ini. Hal ini akan membuat kita lebih matang, lebih dewasa dan siap untuk menjalani esok hari. Tetaplah menjaga ritme mental dan percayalah kehidupan ini memiliki pola yang suatu saat kita pasti mengerti agar kita mudah dalam menjalani hidup. Apapun yang anda alami sekalipun kita direndahkan orang yang kita percayai, hidup ini harus terus berlanjut.(y_a)